Kamis, 21 April 2016

Tapak Suci Putera Muhammadiyah

Lambang Tapak Suci Putera Muhammadiyah
Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah atau disingkat Tapak Suci, adalah sebuah aliran, perguruan, dan organisasi pencak silat yang merupakan anggota IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia). Tapak Suci termasuk dalam 10 Perguruan Historis IPSI, yaitu perguruan yang menunjang tumbuh dan berkembangnya IPSI sebagai organisasi. Tapak Suci berasas Islam, bersumber pada Al Qur'an dan As-Sunnah, berjiwa persaudaraan, berada di bawah naungan Persyarikatan Muhammadiyah sebagai organisasi otonom yang ke-11. Tapak Suci berdiri pada tanggal 10 Rabiul Awal 1383 H, atau bertepatan dengan tanggal 31 Juli 1963 di Kauman, Yogyakarta. Motto dari Tapak Suci adalah "Dengan Iman dan Akhlak saya menjadi kuat, tanpa Iman dan Akhlak saya menjadi lemah".
Arti lambang
Bentuk bulat : Bertekad Bulat. Berdasar biru : Keagungan. Bertepi hitam : Kekal dan abadi melambangkan sifat ALLAH SWT. Bunga Mawar : Keharuman. Warna Merah : Keberanian. Daun Kelopak hijau : Kesempurnaan. Bunga Melati Putih : Kesucian. Jumlah Sebelas : Rukun Islam dan rukun Iman. Tangan Kanan Putih : Keutamaan. Terbuka : Kejujuran. Berjari Rapat : Keeratan. Ibu jari tertekuk : Kerendahan Hati. Sinar Matahari Kuning : Putera Muhammadiyah.
Keseluruhan lambang tersimpul dengan nama "TAPAK SUCI", yang mengandung arti: Bertekad bulat mengagungkan asma ALLAH Subhanahuwata’ala, kekal dan abadi. Dengan keberanian menyerbakkan keharuman dengan sempurna. Dengan Kesucian menunaikan Rukun Islam dan Rukun Iman. Mengutamakan keeratan dan kejujuran dengan rendah hati.
Aliran Tapak Suci, adalah keilmuan pencak silat yang berlandaskan Al Islam, bersih dari syirik dan menyesatkan, dengan sikap mental dan gerak langkah yang merupakan tindak tanduk kesucian dan mengutamakan Iman dan Akhlak, serta berakar pada aliran Banjaran-Kauman, yang kemudian dikembangkan dengan metodis dan dinamis.
Perguruan Tapak Suci, adalah perguruan yang merupakan peleburan sekaligus kelanjutan dari tiga paguron yang pernah ada sebelumnya, yaitu: Kasegu, Seranoman (baca : Sironoman), dan Kauman, berlandaskan Al Islam dan berjiwa ajaran KH. Ahmad Dahlan, membina pencak silat yang berwatak serta berkepribadian Indonesia, melestarikan budaya bangsa yang luhur dan bermoral, serta mengabdikan perguruan untuk perjuangan agama, bangsa, dan negara.
Organisasi Tapak Suci berkiprah sebagai organisasi pencak silat, berinduk kepada Ikatan Pencak Silat Indonesia, dan dalam bidang dakwah pergerakan TAPAK SUCI merupakan pencetak kader Muhammadiyah.
Pimpinan Pusat Tapak Suci Putera Muhammadiyah berkedudukan di Kauman, Yogyakarta, dan memiliki kantor perwakilan di ibukota negara.

Daftar isi

Sejarah TAPAK SUCI

Sebelum kelahiran Tapak Suci

Tahun 1872, di Banjarnegara lahir seorang putera dari KH.Syuhada, yang kemudian diberi nama Ibrahim. Ibrahim kecil memiliki karakter yang berani dan tangguh sehingga disegani oleh kawan-kawannya. Ibrahim belajar pencak dan kelak menginjak usia remaja telah menunjukkan ketangkasan pencak silat. Setelah menjadi buronan Belanda, Ibrahim berkelana hingga sampai ke Betawi, dan selanjutnya ke Tanah Suci. Sekembalinya dari Tanah Suci, menikah dengan puteri KH.Ali. Ibrahim kemudian mendirikan Pondok Pesantren Binorong di Banjarnegara. Sepulang dari ibadah haji, Ibrahim masih menjadi buronan Belanda, sehingga kemudian berganti nama menjadi KH.Busyro Syuhada. Pondok Pesantren Binorong, berkembang pesat, di antara santri-santrinya antara lain : Achyat adik misan Ibrahim, M. Yasin adik kandung dan Soedirman, yang kelak menjadi Jenderal Besar.
Tahun 1921 dalam konferensi Pemuda Muhammadiyah di Yogyakarta, KH. Busyro bertemu pertama kali dengan dua kakak beradik ; A.Dimyati dan M.Wahib. Diawali dengan adu kaweruh antara M.Wahib dengan Achyat (kelak berganti nama menjadi H. Burhan), selanjutnya kedua kakak beradik ini mengangkat KH. Busyro sebagai Guru.
KH. Busyro Syuhada kemudian pindah dan menetap di Yogyakarta sehingga aliran Pencak Silat Banjaran, yang pada awalnya dikembangkan melalui Pondok Pesantren Binorong kemudian dikembangkan di Kauman, Yogyakarta. Atas restu Pendekar Besar KH. Busyro, A. Dimyati dan M.Wahib diizinkan untuk membuka perguruan dan menerima murid. Tahun 1925 dibukalah Perguruan Pencak Silat di Kauman, terkenal dengan nama Cikauman. Perguruan Cikauman, dipimpin langsung oleh Pendekar Besar M. Wahib dan Pendekar Besar A. Dimyati.
Tersebutlah M. Syamsuddin, murid Cikauman yang dinyatakan berhasil dan lulus, diizinkan untuk menerima murid dan mendirikan Perguruan Seranoman. Perguruan Seranoman berletak di kauman sebelah utara, melahirkan seorang Pendekar Muda M. Zahid yang mempunyai seorang murid andalan bernama Moh. Barrie Irsyad.
Pendekar Moh. Barrie Irsyad, sebagai murid angkatan ke-6 yang telah dinyatakan lulus dalam menjalani penggemblengan oleh Pendekar M. Zahid, M. Syamsuddin, M. Wahib dan A. Dimyati. Kemudian mendirikan Perguruan KASEGU. Kasegu, merupakan senjata khas yang berlafal Muhammad yang diciptakan oleh Pendekar Moh. Barrie Irsyad.

Kelahiran Tapak Suci

Atas desakan murid-murid Perguruan Kasegu kepada Pendekar Moh. Barrie Irsyad, untuk mendirikan satu perguruan yang mengabungkan perguruan yang sejalur (Cikauman, Seranoman dan Kesegu). PERGURUAN TAPAK SUCI berdiri pada tanggal 31 Juli 1963 di Kauman, Yogyakarta. Ketua Umum pertama Tapak Suci adalah H.Djarnawi Hadikusumo.
Setelah berdiri Tapak Suci menerima permintaan untuk membuka cabang di daerah-daerah. Secara otomatis TAPAK SUCI menjadi wadah silaturahmi para pendekar yang berada di lingkungan Muhammadiyah. Pada tahun 1964, ketika itu Pimpinan Pusat Muhammadiyah diketuai oleh KH.Ahmad Badawi, Tapak Suci diterima menjadi organisasi otonom Muhammadiyah. Nama perguruan menjadi Tapak Suci Putera Muhammadiyah, disingkat Tapak Suci.
Keluarga I Tapak Suci berdiri di Jawa Timur, lalu disusul di Sumatera Selatan, Jakarta, dan Sumatra Barat. Kini Tapak Suci telah menyebar ke Singapura, Belanda, Jerman, Austria, dan Mesir.

Kategori Tingkatan

Terdapat tiga kategori tingkatan:

  1. Siswa dasar(Kuning Polos)
  2. Siswa Satu(Kuning melati cokelat satu)
  3. Siswa Dua (Kuning melati cokelat dua)
  4. Siswa Tiga(Kuning melati cokelat tiga)
  5. Siswa Empat(Kuning melati cokelat empat)
  6. Kader dasar(Biru Polos)
  7. Kader Muda (Biru Melati Merah Satu)
  8. Kader Madya(Biru Melati Merah Dua)
  9. Kader Kepala(Biru Melati Merah Tiga)
  10. Kader Utama(Biru Melati Merah Empat)
  11. Pendekar Muda(Hitam Melati Merah Satu)
  12. Pendekar Madya(Hitam Melati Merah Dua)
  13. Pendekar Kepala(Hitam Melatih Merah Tiga)
  14. Pendekar Utama(Hitam Melati Merah Empat)
  15. Pendekar Besar(Hitam Melati Merah Lima)

Jurus

Sebelum resmi berdiri, jurus-jurus khas Tapak Suci pada awalnya diberi nama dengan nomor, seperti Jurus 1, 2, dst. Setelah TAPAK SUCI dideklarasikan pada tahun 1963, jurus-jurus itu diberi nama dengan nama-nama flora dan fauna. Dasar penamaan ini agar senantiasa mengingat kebesaran Allah yang berkuasa menciptakan segala mahluk. Selain itu hal ini mengandung arti bahwa jurus TAPAK SUCI yang kosong akan sama halnya dengan tumbuhan dan hewan, yang hanya memiliki naluri dan hawa nafsu, tanpa memiliki akal dan budi pekerti, tanpa memiliki Iman dan Akhlak.
Terdapat 8 (delapan) jurus khas di dalam Tapak Suci, yaitu:
  1. Jurus Mawar
  2. Jurus Katak
  3. Jurus Naga
  4. Jurus Ikan Terbang
  5. Jurus Lembu
  6. Jurus Rajawali
  7. Jurus Merpati
  8. Jurus Harimau
Kedelapan Jurus ini diaplikasikan untuk Permainan Tangan Kosong maupun Bersenjata, baik untuk kegunaan olahraga, seni, maupun beladiri. Setiap Jurus ini memiliki Sikap Awal, yaitu sikap awal pesilat yang mendahului setiap permainan jurus. kk

Senjata

Senjata khas Tapak Suci adalah Senjata Segu (Serba Guna)[1], yang diciptakan oleh Pendekar M.Barie Irsjad, belafaz "Muhammad". Sebagai perguruan yang melestarikan seni budaya bangsa yang luhur, TAPAK SUCI merupakan perguruan pencak silat yang juga melestarikan seni beladiri bersenjata. Teknik permainan senjata ini dilestarikan dan dikembangangkan masing-masing oleh para anggota TAPAK SUCI di pusat maupun di daerah.

Karya Tulis

Dalam setiap evaluasi akhir anggota berupa Ujian Kenaikan Tingkat, Tapak Suci menerapkan aturan tentang Karya Tulis. Ini berlaku mulai dari tingkat Kader sampai dengan Pendekar. Karya Tulis menjadi syarat yang wajib dipenuhi oleh anggota yang akan menempuh evaluasi akhir tiap tingkat. Tradisi karya tulis ini sendiri sudah dimulai sejak TAPAK SUCI berdiri pada tahun 1963, dan tetap dipertahankan sampai sekarang. Dengan Karya Tulis ini Tapak Suci mendorong para kadernya untuk menggali dan menampilkan seni beladiri sebagai sebuah ilmu pengetahuan, yang rasional, dan ilmiah. Selain bentuk karya tulis, para anggota juga dituntut memiliki Karya Nyata. Dari ilmu pengetahuan dihasilkanlah keterampilan. Dari keterampilan itu diwujudkanlah seni. Dengan seni itulah, diharapkan orang menjadi terampil dalam beramal.

Seni Beladiri

Digariskan oleh para pendahulu Tapak Suci bahwa corak khas Tapak Suci adalah sama kuat antara beladiri dan seni. Tapak Suci menampilkan bobot beladiri dalam sebuah bentuk seni pencak silat. Selain itu sebagai pelestari budaya bangsa, Tapak Suci mendorong anggotanya untuk melestarikan seni dan budaya nasional yang berjiwa luhur, jauh dari syirik dan menyesatkan yang akan menodai ajaran luhur itu sendiri.

Pranala Luar

Website Resmi TAPAK SUCI Website Tapak Suci Eropa Tapak Suci Jerman Tapak Suci Belanda Tapak Suci Austria [http://tapaksuci.valenkamp.nl/ Tapak Suci Amsterdam Tapak Suci Asia

Referensi

Muhammadiyah

PORSIGAL

Sejarah PORSIGAL


PORSIGAL (Pendidikan Olah Raga Silat Indah Garuda Loncat) adalah salah satu perkumpuln Bela Diri yang berpusat di Desa Kerjen Kec. Srengat Kab. Blitar dan diasuh langsung oleh KH. Muhammad Gholib Thohir atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah Gholib.
Sedikit mengenai sejarah beliau (Mbah Gholib, red)dalam proses menimba ilmu kanuragan dimulai dari Ujung Kulon (Banten)sampai ke Ujung Timur (Banyuwangi) dan pada akhirnya beliau menemukan Guru Sejati yang ternyata tidah jauh dari Kota Kelahiran Beliau Blitar Kota Patria, yaitu kota kecil Tulungagung kira-kira 30 km arah barat kota Blitar. Disana beliau bertemu dengan (Alm) Hadrotus Syaikh KH. Abdul Djalil Mustaqiem sekitar tahun 80 an di Pondok Pesantren PETA (PESULUKAN THORIQOH AGUNG) dengan Thoriqoh Syadziliyah yang berada dijantung kota Tulungagung, persisnya sebelah barat Alon-Alon. Singkat cerita, beliau (Mbah Gholib,red)diminta oleh Kyai Djalil untuk mengembangkan ilmunya dengan membuka Padepokan Pencak Silat yang diberi nama PORSIGAL. Dimana dalam PORSIGAL ini terjadi perpaduan atau penggabungan dari ilmu jurus-jurus yang selama ini ditempuh oleh Mbah Gholih mulai dari ujung kulon (Banten) sampai ujung timur (Banyuwangi)maka muncullah nama Garuda Loncat, yang artinya meloncat-loncat/berpindah-pindah setelah Khatam dalam mencapai suatu ilmu dan pindah lagi untuk mencapai ilmu yang lainnya.Perkembangan dalam penyebaran Padepokan Porsigal ini sebenarnya sudah meluas sampai ke luar Jawa, namun banyak santri/murid yang enggan untuk mendaftarkan Padepokan PORSIGAL ini ke IPSI daerah setempat, sehingga kita susah untuk mendeteksinya. 

MAKNA LAMBANG PORSIGAL

WARNA DASAR KUNING GADING

Berarti, bahwa PORSIGAL dengan semangat yang tinggi, selalu menumbuhkan perasaan cinta damai, mewujudkan kesejahteraan dan ketentraman dunia, berusaha membebaskan fakir-miskin dan kaum lemah sesama hidup dari berbagai penderitaan, sebagai pengejawantahan dari sesanti: “MAWAYU RAHAYU HARJANINGRAT, NGRUWAT POPO CINTROKO NING SAMI”.
Dalam misinya yang demikian, PORSIGAL berpendirian bahwa “Mencintai” Pencak Silat mendarah mendaging (HAMBALUNG SUMSUM) bukan saja Pencak Silat sebagai kekayaan Budaya Bangsa yang harus dilestarikan, tetapi lebih dari itu Pencak Silat sebagai sarana mencapai nilai kemanusiaan yang lebih tinggi, berbudi luhur, lemah lembut pekertinya dan penuh cinta kasih kepada sesama.


WARNA MERAH DARAH / MERAH HATI

Berarti, bahwa PORSIGAL disamping menumbuhkan dan membina terus semangat dan kegagahan serta kekuatan jasmani (raga) harus pula mengutamakan OLAH BATHIN dan OLAH NOLO (HATI); karena justru hatilah hakikat kepribadian manusia sejati.


WARNA HITAM


Berarti, bahwa PORSIGAL harus memiliki kekuatan dan kebulatan tekad untuk melaksanakan prinsip:

“ TITI, TOTO, TATAG, TUTUG, TANGGON”

dalam menekuni Pencak Silat sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan kemanusiaan dalam menghadapi tantangan kehidupan serba neka ragam coraknya.


SAYAP GARUDA BERWARNA KUNING, MENGAPIT BOLA DUNIA

Merupakan penggambaran asas:

“GARUDHO HANGRANGSANG BAWONO”

Rajawali yang siap menguasai jagad raya, adalah penggambaran sifat dan sikap gelora jiwa muda yang penuh kegagahan dan keberanian, penuh vitalitas, selalu siap menghadapi tantangan kehidupan tanpa rasa takut, rasa khawatir dan kecil hati, semata-mata karena percaya diri Sebagai hamba Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa untuk Murbo Waseso Dunia (Khalifah Allah di muka Bumi).


CAKRA BERMATA DELAPAN YANG MERUPAKAN ARAH DELAPAN MATA ANGIN

Merupakan penggambaran asas “ ASTHO MULAT” (delapan sudut pandang / delapan dimensi) yang berarti, bahwa setiap warga besar PORSIGAL pada peringkat atau tahap/ tingkat tertentu dalam pengendapan kejiwaan, diharapkan telah memiliki pandangan/ wawasan luas baik tentang kehidupan persilatan maupun tuntutan kehidupan di masyarakat dan dunia ramai.
Setiap mata cakra bercabang 3 (tiga) artinya, di dalam memahami dan memasuki pergaulan dunia yang luas, ilmu silat yang dimiliki harus dijabarkan dengan prinsip TETELUNING ATUNGGAL (TRILOGI) yakni keseimbangan Olah Jasad / Jasmani, Olah Nalar (Inthidhar, akal fakir) dan Olah Nolo (Hati, kalbu) atau keseimbangan antara “ CIPTO, ROSO, KARSO atau KARYO” sehingga indah seperti kuncup bunga yang hendak mekar, menawan hati.



NYALA API LIMA BERWARNA PUTIH, MEMBENTUK RANGKAIAN HURUF ARAB BERBUNYI “ALLAH” DENGAN MASING-MASING HURUF BERUJUNG TIGA

Merupakan gambaran asas:

“ CIPTO JATI HAROSO TUNGGAL”

(Hakikat menyatunya diri dengan Sang Pencipta, menyatunya makhluk dengan Khaliqnya) yang artinya pada peringkat tertentu setiap warga PORSIGAL akan mencapai pengendapan kejiwaan yang khusu’, tenggelam dalam berdzikir dan selalu muqorobah dengan diiringi semangat tafakur (berfikir tentang Kebesaran Allah SWT) dengan sepenuh kesucian niat dan hati, merupakan perwujudan / praktek penghayatan dan pengamalan secara hakiki jiwa Pancasila dengan hiasan pribadi yang penuh IMAN, ISLAM dan IHSAN.



SENJATA TRISULA

Berarti, bahwa PORSIGAL dengan berbekal ilmu silat dalam berbagai dimensinya, selalu siap siaga membela negara, bangsa dan agama Sebagai Satria Pinuji, dengan landasan kebenaran, keadilan dan kesucian.
Pada sisi lain, TRISULA tersebut menggambarkan semangat melakukan pembelaan umum dengan sesanti:

“SURO DIRO JOYONINGRAT miwah JOYO-JOYO KAWIJAYAN ing tembe LEBUR DENING KASUDIBYAN; SUDIBYANING LELABUHAN, LABET LABUH, LELADI PROJO HAMBENGKAS RUBEDANING SAMI, HANGRUKEBI AGOMO AGEMING AJI”.


LIMA WARNA DOMINAN DALAM LAMBANG (MERAH, KUNING, HIJAU, PUTIH, HITAM)

Merupakan penggambaran 5 (lima) asas Kepribadian PORSIGAL dalam segala suasana dan cuaca, dalam segala tempat dan keadaan, yakni setiap warga besar PORSIGAL harus selalu berusaha untuk menjadi manusia taqwa yang berkualitas dengan mendasari pribadi pada sikap dan sifat pinuji:
• Ngobah Mosikake Saliro;
• Ngolah Kridhaning Nalar;
• Hamanjing Ajur-ajer;
• Tepo Seliro;
• Mandireng Pribadi.
Yaitu aktif dan kreatif, SUPEL dalam BERGAUL tetapi TEGAS dalam PRINSIP, memiliki toleransi dan sikap tenggang rasa yang tinggi dan selalu percaya diri pribadi semata-mata s
ebagai hamba Allah SWT yang harus mandiri.

Pencak silat SIWAH


Perguruan Seni Beladiri Pencak silat SIWAH
PUSAT BATUPHAT TIMUR LHOKSEUMAWE - NAD

Untuk mengantisipasi tindak kejahatan yang kian marak saat ini, persiapkan putra / putri anda dengan beladiri komplit ( lengkap ) yang mengajarkan 2 metode beladiri sekaligus:
1.Beladiri fisik PENCAK SILAT SIWAH yang mempergunakan semua anggota tubuh untuk dijadikan Alat bela diri
2. Bela diri metafisik TENAGA DALAM SIWAH yang mempergunakan tehnik pernapasan yang akan memunculkan bioenergi yang berfungsi untuk bela diri dan meningkatkan kesehatan. perguruan SILAT SIWAH tidak menggunakan metode RITUAL PEMUJAAN, SESAJEN dan AMALAN TERTENTU tetapi menggunakan metode OLAH RAGA.
Jadwal latihan PENCAK SILAT SIWAH setiap hari KAMIS dan SABTU jam.16:30(siap shalat ashar).
DI KANTOR CAMAT MUARA SATU JL.RANCONG SP.4 BATUPHAT TIMUR.
Cabang ujong pacu latihan setiap hari rabu dan jum’at sore jam.16 30(siap shalat ashar)

Khusus untuk anda yg berumur 30 THN keatas Pria dan Wanita,ikuti program latihan
PERNAPASAN(TENAGA DALAM SIWAH)
Yang berguna untuk meningkatkan kebugaran, Stamina dan kesehatan (BELA DIRI METAFISIK) Latihan setiap
HARI MINGGU PAGI DIPANTAI RANCONG JAM 7:00 PAGI. Tempat pendaftaran dan informasi lebih lanjut hubungi:TOKO RATA SAGOW ENTERTAINMENT JLN.RANCONG Sp.4 BATUPHAT TIMUR HP.08126968849.EMAIL:taufik.akbar07@yahoo.co.id

METODE KONSTRUKSI UNTUK MERANGKAI GERAK DEMI GERAK


•KUMPULKAN GERAK-GERAK POKOK
•RANGKAIAN GERAK –GERAK POKOK MENJADI KALIMAT ATAU JURUS BUAT GERAK TRANSISI
•RANGKAIAN JURUS DEMI JURUS DENGAN MEMASUKKAN GERAK TRANSISI
•DALAM MERANGKAI JURUS DEMI JURUS PEDOMANI BENTUK DISAIN YANG DIBUAT
•ANDAI ADA PENGULANGAN BENTUK MOTIF,GERAK ATAU JURUS JANGAN DALAM WAKTU YANG BERDEKATAN,LEBIH BAIK SAAT PENGULANGAN DILAKUKAN VARIASI GERAK ATAU PEMECAHAN STRUKTUR GERAK
•ACTION (GERAKAN SERANGAN,BELAAN SEPERTI BERTENAGA GAYA)

PENGERTIAN RANGSANGAN


• RANGSANGAN DALAM KOREOGRAFI ADALAH SUATU IMAJINASI YANG
MUNCUL AKIBAT SESUATU
• APAKAH AKIBAT MELIHAT BENTUK GERAK ATAU JURUS PENCAK
SILAT YANG ADA (KINETETIS)
• ATAU AKIBAT MELIHAT BENTUK ALAM,BINATANG YANG
BERGERAK,ATAU MANUSIA YANG BERGERAK (VISUAL)
• ATAU AKIBAT MENDENGAR IRAMA MUSIK,IRAMA AIR YANG
MENGALIR,IRAMA DERU MESIN DSB (AUDIO)
• INILAH YANG MENYEBABKAN SEORANG PENATA SILAT TIMBUL
INSPIRASINYA UNTUK MENGGARAP SEBUAH KARYA PERMAINAN
PENCAK SILAT
• INSPIRASI VISUAL DAN KINETETIS SANGAT PERLU
DILAKUKAN,APALAGI BAGI SEORANG PENATA YANG BELUM KAYA
DENGAN PERBENDAHARAAN GERAK DASAR PENCAK SILAT
• USAHA YANG LEBIH BAIK ADALAH USAHAKAN LEBIH SERING
MENONTON ORANG DALAM BERMAIN PENCAK SILAT,BAIK MELALUI
LIVE ATAU MEMUTAR VIDEO TENTANG PENCAK SILAT AGAR ADA
APRESIASI YANG TINGGI TERHADAP BENTUK-BENTUK GERAK PENCAK SILAT 4

CARA MENGKOREOGRAFIKAN SEBUAH PERMAINAN PENCAK SILAT

• HARUS MEMILIKI IDE (IDE GERAK ,IDE PERMAINAN ,IDE
CERITA)
• HARUS MELALUI RANGSANGAN ATAU STIMULUS
(VISUAL ,KINETETIS ,AUDIO)
• MENGUMPULKAN BAHAN DASAR VOCABULARY GERAK
(PERBENDAHARAAN GERAK)DARI JURUS YANG TELAH
ADA
• MENGOLAH ATAU MENGEKSPLORASI GERAK
(MELAKUKAN PENJELAJAHAN GERAK)
• MENENTUKAN BENTUK-BENTUK GERAK YANG AKAN
DISUSUN
• MEMBUAT DISAIN SEPERTI DINAMIK ,RUANG,LANTAI
DAN DRAMATIK
• TERAKHIR ADALAH MERANGKAI MENJADI SEBUAH PERTUNJUKAN
ATAU PERMAINAN PENCAK SILAT DENGAN METODE KONSTRUKSI

ARTI KOREOGRAFI BAGI PENCAK SILAT

•ADALAH PENCIPTAAN GERAK MENJADI SEBUAH BENTUK PERMAINAN PENCAK SILAT YANG DISUGUHKAN ,APAKAH UNTUK PERORANGAN ,BERPASANGAN ,KELOMPOK DAN BERCERITA (BERTEMA)
•PENATAAN GERAK ATAU PENYUSUNAN GERAK(JURUS)DALAM PENCAK SILAT ,SEHINGGA PENCAK SILAT TERSEBUT MENJADI SEBUAH RANGKAIAN GERAK YANG UTUH UNTUK DI SAJIKAN DALAM BENTUK PERMAINAN

BIOGRAFI PENDIRI PENCAK SILAT SIWAH


ABU TAUFIK AKBAR lahir di Sigli(Aceh pidie) 7 mei 1972,sekarang bertempat tinggal di Batuphat Timur Dusun A kota Lhokseumawe. Pada usia 12 tahun (kelas 1 smp) beliau mulai berlatih pencak silat di perguruan BETAKO SIKATSU GAJAH PUTEH asuhan Ustad Yusuf, perguruan ini muridnya adalah remaja mesjid Nurul Hidayah komplek perumahan Meusara Agung Aceh Besar.Kemudian bergabung dengan Perguruan Pencak Silat SURYA WIJAKSANA asuhan bapak Bakhtiar (almarhum).
ABU TAUFIK AKBAR pernah mendapatkan predikat pesilat terbaik se Aceh besar untuk usia remaja (SMP).kemudian ABU TAUFIK AKBAR juga mendapat bimbingan dengan Pak Saleh (almarhum) beliau adalah salah seorang pengembang Pencak Silat Di Aceh Besar beliau mengasuh perguruan MERPATI PUTIH .
Untuk menyempurnakan seni beladiri,ABU TAUFIK AKBAR melengkapi pencak silatnya dengan ILMU TENAGA DALAM dengan bergabung dan menimba ilmu dengan Pak Jufri Nyak Leman (almarhum) beliau guru besar Perguruan Seni Bela Diri Tenaga Dalam LENCANA SAKTI .ABU TAUFIK AKBAR mendalami tenaga dalam sampai selesai .Jabatan terakhir di koordinator pelatih dan koordinator DIKLAT LENCANA SAKTI .
Karena dalam keseriusannya ABU TAUFIK AKBAR dalam seni bela diri pencak silat beliau membuka perguruan SENI BELA DIRI PENCAK SILAT SIWAH yang berpusat di Batuphat Timur .prediket terakhir yang di peroleh oleh ABU TAUFIK AKBAR adalah Pelatih dan Juri SILAT SENI TINGKAT NASIONAL (bersertifikak) pada Desember 2007.
Sekarang ABU TAUFIK AKBAR adalah pendiri sekaligus Pendekar Utama Perguruan Pencak Silat SIWAH ANGGOTA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA
Salem ta`jim keu guree – guree lon tuan
1.USTAD YUSUF ADIK (GURU SILAT BETAKO SIKATSU GAJAH PUTEH)
2.BAPAK BAKHTIAR (ALMARHUM) GURU PPS SURYA WIJAKSANA
3.BAPAK SALEH (ALMARHUM) DEWAN PENDEKAR IPSI ACEH BESAR
4.BAPAK JUFRI NYAK LEMAN (ALMARHUM) GURU BESAR TENAGA DALAM LENCANA SAKTI

Tunggal Hati Seminari


Tunggal Hati Seminari
Seminari Petrus Kanisius Mertoyudan logo.jpg
Lambang Seminari Menengah Mertoyudan, asal mula tumbuhnya THS
Latian THS.jpg
Latihan para pesilat THS
Juga dikenal sebagai THS
Pencipta Rm. Hadi,Pr. dan Rm. Sandharma Akbar,Pr.
Tunggal Hati Seminari adalah sebuah aliran dari bela-diri Indonesia, pencak silat yang bernafaskan agama Katolik, didirikan oleh 7 dewan pendiri, termasuk Rm. Hadi,Pr. dan Rm. Sandharma Akbar,Pr.[1] Aliran ini memiliki motto Pro Patria et Ecclesia yang berarti perjuangan demi bangsa dan gereja dan memiliki semboyan perjuangan, Fortiter in Re Suaviter in Modo yang berarti kokoh dalam pendirian namun lembut cara mencapainya.[1] Dengan kata lain, sikap yang mau ditampakkan yaitu sikap berani, ulet dan rendah hati.[1]

Daftar isi

Sejarah Pembentukan THS-THM


Seragam para pesilat THS
Latihan pertama pencak silat tunggal hati seminari diadakan pada tahun 1983 di Seminari Petrus Kanisius Mertoyudan, diajarkan oleh Frater Hadiwijoyo.[2] Saat itu, latihan sama dengan latihan pencak silat pada umumnya: langkah, pukulan, dan tendangan. Awalnya ada 90 orang seminaris bergabung.[2] Namun, seiring berjalannya waktu semakin berkurang tinggal 11 orang yang tekun berlatih, padahal 1 tahun lagi Frater Hadiwijoyo akan ditahbiskan dan hal itu berarti ia tidak lagi bertugas di Seminari.[2] Maka, saat liburan tiba, ia mengajak ke-11 seminaris tersebut untuk mengadakan retret rohani sekaligus mematangkan gerakan pencak silat.[3][2] Frater Hadiwijoyo mengajak para seminaris berjalan kaki dari Kentungan menuju Kaliurang, di lereng Gunung Merapi.[2]Sampai di Kaliurang, mereka mengolah rohani dan mematangkan gerak pencak silat. [2] Pada liburan berikutnya, Frater Hadiwijoyo mengajak para seminaris ke Pantai Parangtritis.[2] [4] Di sinilah tercipta jurus-jurus otentik seminari yang dikreasi sendiri oleh para seminaris.[4][5] Jurus-jurus ini menggunakan gerak abjad A sampai Z.[4] Tanggal 4 Juli 1984, Frater Hadiwijoyo ditahbiskan menjadi imam dan ditugaskan di Paroki Santo Fransiskus Xaverius Tanjung Priok, Jakarta Utara.[4] Di sini, Romo Hadiwijioyo prihatin melihat kaum muda yang enggan beraktivitas di gereja.[4] Diapun memanggil para seminaris untuk melatih mereka pencak silat.[4] Beladiri ini dijadikan sarana untuk aksi panggilan, sebuah kegiatan untuk mempromosikan seminari kepada kaum muda.[4] Seiring berjalannya waktu, para seminaris mengusulkan agar dibuat sebuah organisasi resmi.[4] Akhirnya, tanggal 10 November 1985 – tepat peringatan Hari Pahlawan dan tahun 1985 sebagai Tahun Pemuda Internasional – diresmikanlah di Gelanggang Remaja Jakarta Utara berdirinya Organisasi Beladiri Pencak Silat Katolik Tunggal Hati Seminari.[3] Syukur kepada Tuhan, anggota yang tercatat berjumlah 223 orang Organisasi Beladiri Pencak silat Katolik Tunggal Hati seminari (THS).[4] Tujuan organisasi ini adalah menyatutunggalkan hati dengan panggilan para seminaris.[4] Satu tahun kemudian, 10 November 1986, diresmikan Tunggal Hati Maria (THM) untuk perempuan.[4] Awalnya, wadah ini menjadi salah satu sarana aksi panggilan, namun akhirnya berkembang menjadi alat kerasulan khas dari bumi Indonesia.[4]

Perkembangan THS

Memasuki tahun 1987, jumlah anggota THS-THM sudah mencapai lebih dari 2300 orang yang tersebar di kota-kota Jakarta, Yogyakarta, Surakarta, Wonogiri, Muntilan, Bandung, Lampung dan Banjarmasin.<ref name = "ref1"/>Organisasi ini memiliki jalur koordinasi mulai dari tingkat pusat hingga di daerah-daerah.<ref name = "ref4"/> Di pusat terdapat Koordinatorat Nasional yang berkedudukan di Jakarta.<ref name = "ref4"/> Di bawahnya terdapat distrik-distrik yang mengikuti wilayah keuskupan.<ref name = "ref4"/> Sementara di tingkat paroki terdapat ranting organisasi THS.<ref name = "ref4"/> Selain itu, ada pula unit latihan khusus, misal di sekolah-sekolah atau pendidikan tinggi.<ref name = "ref4"/> Sampai sekarang, THS-THM terus berkembang seiring dengan bertambahnya waktu, bahkan merambah hingga negara-negara tetangga, seperti Timor Leste.<ref name = "ref1"/><ref name = "ref4"/>

Asas

Tunggal Hati Seminari dan Tunggal Hati Maria berasaskan Pancasila dan beriman Katolik

Sifat

Kehidupan dan hubungan dalam THS-THM bersifat kekeluargaaan, persaudaraan, kebersamaan dan kesetiakawanan dengan semangat Katolik.[1]

Kemandirian

Organisasi THS-THM dibentuk oleh rohaniwan Katolik dan kaum awam Katolik secara mandiri dengan tidak berafiliasi pada salah satu organisasi politik manapun[1]

Tujuan

  1. Membina dan mengembangkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sikap mental, nilai-nilai dan tingkah laku yang baik sehingga setiap anggota THS-THM menemukan kepribadian/jatidirinya sendiri dalam beriman Katolik.[1]
  2. Membina dan mengembangkan aspek olahraga, beladiri pencak silat, mental spiritual, kebangsaan, seni budaya dan kesehatan dalam menuju masyarakat yang berbudi pekerti luhur sebagai sarana pembangunan manusia seutuhnya.[1]

Fungsi

THS-THM berfungsi sebagai wadah perjuangan kaum awam Katolik untuk mencapai tujuan organisasi dan pembinaan bagi anggota-anggotanya.[1]

Tugas Pokok

  1. Mengusahakan agar THS-THM beserta nilai-nilainya dapat menjadi sarana untuk membangun manusia seutuhnya yang berketahanan jasmani dan rohani, mampu membangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dan gereja.[1]
  2. Memantau, menampung, menyalurkan serta memperjuangkan terwujudnya aspirasi seluruh jajaran THS-THM.[1]
  3. Merencanakan dan mengembangkan THS-THM beserta nilai-nilainya untuk meningkatkan kemajuan sosial ekonomi, budaya, pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi.[1]
  4. Menggali, melestarikan, mengembangkan serta memasyarakatkan kesenian yang berkembang dalam masyarakat Indonesia khususnya Pencak Silat sebagai karya nyata yang memperkaya seni budaya nasional dan sumbangan bagi seni beladiri universal.[1]

Semboyan

Semboyan THS-THM adalah Pro Patria et Ecclesia yang berarti Untuk Tanah Air dan Gereja.[1]

Motto

Motto perjuangan THS-THM adalah Fortiter In Re, Suaviter In Modo yang berarti kokoh kuat dalam prinsip, luwes lembut cara mencapainya.[1]

Janji Prasetya

Dengan kemauan sendiri dan itikad baik saya menyatakan: bersedia menjadi anggota Organisasi Tunggal Hati Seminari-Tunggal Hati Maria dengan segala tanggung jawabnya.[1] Apabila saya melanggar ketentuan yang telah digariskan oleh organisasi maka saya bersedia dikeluarkan dari organisasi.[1] Maka saya berjanji:
  1. Bersedia menjadi pribadi yang rendah hati[1]
  2. Berani menjaga, membela dan mengembangkan nama baik Organisasi[1]
  3. Taat dan setia sampai mati bagi Gereja Katolik Roma[1]
  4. Bersedia taat dan patuh kepada orang tua[1]
  5. Menghayati dan mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945[1]
Semoga Tuhan Yesus dan Bunda Maria berkenan memberkati Janji Prasetya saya ini, Amin.[1]
Janji Prasetya ini wajib dikumandangkan oleh semua anggota pada setiap kegiatan THS-THM.[6]

Rujukan

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v "Tunggal Hati Seminari". Universitas Atma Jaya. Diakses tanggal 30 April 2014.
  2. ^ a b c d e f g "Tunggal Hati Seminari". Paroki Santa Maria Regina. Diakses tanggal 30 April 2014.
  3. ^ a b "Tunggal Hati Seminari". thscc.com. Diakses tanggal 30 April 2014.
  4. ^ a b c d e f g h i j k l "Tunggal Hati Seminari". Hidup Katolik. Diakses tanggal 30 April 2014.
  5. ^ "Tunggal Hati Seminari". Kedaulatan Rakyat. Diakses tanggal 30 April 2014.
  6. ^ http://agnesoktaviany.blogspot.com/2013/08/janji-prasetya-tunggal-hati-seminari.html

Riksa Budi Kiwari


Pada mulanya adalah sebuah Perguruan Pencak Silat Budi Kiwari yang diprakarsai oleh Alm. Adibrata "tidak diketahui tahun kelahirannya" diturunkan kepada anak-anaknya "termasuk Bpk. Rachmat Hidayat; pemeran tokoh Mat Peci" dan kemudian secara alamiah ilmu bela diri ini turun kepada anak-cucunya.

Tidak seperti perguruan lain yang kebanyakan merupakan organisasi mapan yang terbuka terhadap dunia luar, perguruan pencak silat Budi Kiwari terbatas pengembangannya di lingkungan keluarga saja. Inilah yang menjadi sebab Budi Kiwari kurang dikenal khalayak banyak. Namun, sejak Budi Kiwari dibawa dari tempat kelahirannya di Bandung oleh Alm. Adibrata sendiri ke daerah Bojongkunci Kabupaten Bandung. Di sinilah kemajuan baru dimulai, Budi Kiwari dapat membuka diri terhadap masyarakat luas, meskipun masih dibatasi.

Baru sekitar tahun 1982 setelah salah satu cucu murid Alm. Adibrata "Ujang Jayadiman" dapat meraih medali emas PON dan medali perak Kejuaraan Dunia pertama pada tahun sebelumnya, Budi Kiwari mempunyai prestasi tersendiri di sekitaran Bandung dan Kabupaten Bandung. Banyak orang ketika itu ingin mempelajari seni bela diri pencak silat ala Budi Kiwari. Namun karena Budi Kiwari masih dirasa sulit membuka diri lebih jauh, Ujang Jayadiman sebagai cucu murid yang mempunyai keinginan besar untuk mengembangkan pencak silat Budi Kiwari kepada masyarakat, mulai memprakarsai sebuah perguruan baru yang diadopsi dari dua perguruan tempatnya dulu menempa diri.

Riksa Diri, adalah perguruan silat yang menjadi dermaga ke dua Ujang Jayadiman dalam mempelajari ilmu silatnya dan memberikan andil cukup besar dalam keberhasilan mendapatkan medali emas PON dan medali perak pada Kejuaraan Dunia pertama di Jakarta. Atas dasar restu dari guru besar perguruan pencak silat Riksa Diri, Ujang Jayadiman diberikan hak untuk mengambil nama Riksa untuk digabungkan dengan Budi Kiwari dengan kewajiban menjaga nama baik dan melestarikan seni budaya bela diri pencak silat agar tidak tergerus perubahan jaman.

Dengan restu dari kedua guru besar dan keyakinan penuh, Ujang Jayadiman kemudian mendirikan Perguruan Pencak Silat RIKSA BUDI KIWARI yang terbuka bagi khalayak masyarakat dan menjadikannya sebuah organisasi masyarakat yang mapan yang berpusat di Desa Bojongkunci, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Bandung, Jawa Barat - Indonesia.

Sampai saat ini Riksa Budi Kiwari telah menghasilkan banyak atlet berprestasi baik di level Daerah, Nasional maupun Internasional. Selain itu, Riksa Budi Kiwari telah banyak membuka cabang di berbagai daerah, sebut saja Daerah Bandung sendiri, Banten, Jawa Tenga, Sumatra dan lain-lain.

(Chandra Gupta, S.Fil.I)

HASDI


Keluarga HASDI atau Himpunan Anggota Silat Dasar Indonesia didirikan di Jember – Jawa Timur- Indonesia, pada tanggal 14 April 1961 oleh Bpk. R.S. Hasdijatmiko di usia 21 tahun (lahir pada tanggal 14 April 1940 dan wafat pada 10 Nopember 1999). Pak Hasdi, demikian biasa beliau dipanggil, juga dipercaya menjadi Ketua IPSI se-ex Karesidenan Besuki . Berarti di usia yang masih belia yaitu 21 tahun beliau telah dikenal dedikasi dan kemampuannya dalam membawa IPSI dan mengajak Perguruan Silat untuk mau menjadi anggota IPSI (karena pada saat itu banyak perguruan silat yang tidak mau menjadi anggota IPSI). Amanat yang diemban beliau untuk memimpin IPSI se-ex Karesidenan Besuki sampai pada tahun 1975(14 tahun). Dan Sebagai Ketua IPSI Kabupaten Jember mulai tahun 1979 sampai 1989 (10 tahun). Mungkin sebuah rekor tersendiri, usia belia (21 th) dan terlama (24 th).

Selama menjadi Ketua IPSI salah satu yang sampai sekarang tetap di jalankan atas ide dan inisiatif beliau adalah long march th.1969 Jember-Tanggul-Jember oleh 13 Perguruan Silat plus SGPD (Sekolah Guru Pendidikan Djasmani, yang waktu itu pelatih silatnya adalah mas Budi Supriyanto). Long march ini adalah cikal bakal diadakannya Gerak Jalan Tajemtra (Tanggul Jember Tradisional) yang pada waktu itu bupatinya Bapak Abdul Hadi dan Ketua KONI Bapak Abdul Rajak. 1971 diresmikan Tajemtra oleh Bupati Abdul Hadi, 1972 menjadi Tajemtra 'Mahmudi Cup' (nama korban yang tewas dalam tajemtra).

Tehnik – tehnik Silat Keluarga HASDI bersumber dari Bapak RS Hasdijatmiko sendiri yang didapat dari pengalaman dan pengetahuan beliau. Bukan merupakan penggabungan dari berbagai aliran seperti yang dilakukan beberapa Perguruan Silat lainnya sehingga dapat dikatakan Tehnik- tehnik Keluarga HASDI asli atau orisinil, ditujukan untuk kepentingan mem-Bela Diri demi Ibadah. Ragam Tehnik Silat Keluarga HASDI tersusun secara terarah dan sistematis (terdapat di Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga), tangan kosong maupun bersenjata;

1. Silat Dasar Raja (Kong Pe),
2. Silat Dasar Putri,
3. Silat Dasar Merak,
4. Silat Dasar Garuda,
5. Silat Dasar Bangau,
6. Silat Dasar Harimau,
7. Silat Dasar Bima Sakti,
8. Silat Dasar Mliwis,
9. Silat Dasar Katak (Homokang),
10. Silat Dasar Lebah Hitam,
11. Silat Dasar Teratai,
12. Silat Dasar Pendeta,
13. Silat Dasar Naga (Han Liong),
14. Silat Dasar Yang Liu
15. Silat Dasar Kong Ciak
16. Dan Gerak – gerak Silat Berpasangan

Selain Tehnik Silat, di Keluarga HASDI juga dipelajari Tehnik Pernapasan. Dalam kurun waktu tertentu diadakan ujian kenaikan tingkat.

Dalam melakukan pengembangan Perguruan, Keluarga HASDI terbilang sangat selektif . Penguasaan Tehnik Gerak Silat menjadi salah satu unsur utama yang dijadikan dasar pemilihannya. Karena penguasaan Tehnik Gerak Silat adalah sarana untuk menjaga pakem atau keaslian. Mas Budi Supriyanto diberi kepercayaan untuk membuka Cabang Keluarga HASDI di Gresik pada tahun 1971 (sekarang dipimpin oleh Mas Ainul Musyafak sebagai Ketua Cabang) dilanjutkan di Tuban pada tahun 1992 (sekarang dipimpin oleh Mas Muchibin sebagai Ketua Cabang), di Yogyakarta tahun 1990 oleh Haris Subrata, dan Surabaya tahun 1994 oleh Age Priambodo sekaligus sebagai Ketua Cabangnya. Selepas wafatnya Guru dan Pendiri (10 Nopember 1999) di Jember diteruskan oleh Bagus Djati Santigi (putra Pak Hasdi) sebagai Ketua Umum Pusat. Generasi kedua inilah yang sekarang mewarisi amanah dan semua pakem tehnik silat Keluarga HASDI.

Perguruan Pencak Silat Kijang Berantai

 
Perguruan Pencak Silat Kijang Berantai, didirikan Almarhum Hj Djanuardi Bin.Alm HJ Alwi di Kampung Dagang, bagian timur Kota Sambas pada tahun 1976. Dengan tekad serta perjuangan yang pantang menyerah dilakukan oleh Almarhum Djanuardi Hj. Alwi dari hari ke hari semakin maju dan berkembang pesat, bukan sekedar di Kota Sambas saja, akan tetapi melebarkan sayap kemajuannya hingga Kota Pontianak, tepatnya di Gang Jeruk No. 48.



Karena banyaknya peminat kalangan pemuda maupun pemudi dewasa untuk mendapat serta mendalami ilmu bela diri khusus di Perguruan Pencak Silat Kijang Berantai ini kian hari semakin dikagumi oleh wisatawan manca negara seperti Amerika dan Khanada. Karna tingginya minat akan ilmu pencak silat maka ketiga orang asing tadi siap menuruti seluruh peraturan perguruan yang pada waktu itu sebagai guru besarnya Almarhum Djanuardi Bin Alm Hj Alwi semakin harum atas kiprah Hj Emi Faisal S.Sos dan Dicky Agustion AMd serta beberapa pelatih yang lain.

Kijang Berantai terkenal awal mulanya di Kampung Dagang atas perjuangan Hj Emi Faisal S.Sos sebagai Maha Guru terus diwakili oleh Dicky Agustion AMd termasuk kiprah besar sang pelatih, Safransyah (Jhon) dari Kota Sambas sampai Kota Pontianak termasuk kota-kota besar lainnya telah menyebar dengan pesat Perguruan Pencak Silat Kijang Berantai seni beladiri warisan nenek moyang dari negeri Indonesia sendiri hingga kini merambah di Kabupaten Sanggau masuk ke Kecamatan Sekayam Februari 2010, yang mempunyai murid Khususnya di Kecamatan Sekayam 115 orang murid.

Itulah jumlah sementara murid laki-laki dewasa dan perempuan dewasa sampai anak-anak yang diperkirakan usia sembilan tahun lebih ke bawah. Tujuan didirikan perguruan ini intinya menghidupkan semangat jiwa kesatria Alm Bapak Hj Djaduardi Hj Alwi. �Maka kami sebagai murid-murid berlapang dada untuk menyebarkan ajaran beliau dalam rangka balas budi terhadap guru besar tersebut. Adapun moto perguruan Kijang Berantai ini setapak kaki maju ke depan pantang surut ke belakang Pencak Silat Budayaku Sekayam Tumpah Darahku Kijang Berantai Perguruanku.

H Emi Faisal S.Sos pernah mengharumkan nama NKRI pada tahun 1990 menjadi juara di Newderland Belanda dan tahun 1994 di Hajai Thailand.



sumber: Kompass Indonesia

Pamur

Sejarah Pamur

Raden Hassan Habuddin Sastrosubroto lahir pd tanggal 1 April 1920 di Pamekasan, Madura. Raden Hassan Habuddin Sastrosubroto dlm menciptakan pencak silat berkomposisi 30% ilmu murni, 30% praktek, & 40% ilham. Unsur ilham lbh dominan, oleh karna itu, ada beberapa gerakan yg sulit dicarikan rasionalnya, tetapi didlm praktik dan penggunaannya sesuai dg kenyataan.
Raden Hassan Habuddin Sastrosubroto telah belajar silat lebih kurang dr 32 Padepokan dan ke-32 Padepokan tsb dpt digolongkan 7 sampai 9 aliran. Ke-32 Padepokan & ke-7 aliran pencak silat yg berhasil dipelajari, dipahami, dan diamalkan oleh Raden Hassan Habuddin Sastrosubroto merupakan cikal bakal jurus-jurus dalam Pencak Silat Angkatan Muda Rasio (PAMUR).
PAMUR adalah Pencak Silat tangan kosong, tetapi dlm PAMUR jg tetap diajarkan 8 unsur senjata. Ciri khas PAMUR adalah permainan menengah, ciri ini berbeda dg ciri" yg ada pd beberapa pencak silat lainnya, sprti : Minangkabau, Melayu, Fort De Cock, Cimande, Tanah Merah, Mandar, Bang Simin, Cik Agil.
Raden Hassan Habuddin Sastrosubroto mendirikan PAMUR dg ciri khas sbg brikut :
a. Isyarat gerak bersifat universal
b. Istilah" kedaerahan dihilangkan
c. Gerakan tambahan bersifat lokal tidak nampak
d. Kreasi gerakan bersifat elektis in korporativ
e. Gerakan dasar telah baku, akan tetapi terbuka untuk penyempurnaan
f. Sistem dan metode realistis
Gerakan" PAMUR terdiri dr beberapa kelompok besar yaitu : Jurus, Ales, Masukan, Tangkapan, Timbalan, dan Jurus Harimau.
Gerakan" dlm PAMUR sbgian besar merupakan Lambang Huruf Arab atau Ayat" Al Qur'an atau ungkapan" lain seperti Takbir dan kalimat Tauhid.
Lambang PAMUR diciptakan oleh Raden Hassan Habuddin Sastrosubroto pd tahun 1952, lambang tsb berbentuk daun dg unsur" sbg brikut :
A. Dasar Lambang berwarna Hijau
B. Lambang bergambar KERIS, dg penjelasan sbgai brkt,
   -Keris dg posisi menghadap ke atas dan terbuka log-5, menggambarkan Pancasila.
   -Keris berwarna kuning yg brarti Suci.
   -Keris terhunus ke atas, artinya PAMUR siap mempertahankan Hak dan membantu orang lain dlm kebenaran.
   -Keris (bernama Joko Piturun) yaitu Lambang Pusaka Madura.
C. Sebelah kanan terdapat gambar PADI dg uraian sbgai brikut,
   -Berjumlah 17, tgl 17 (Hari Kemerdekaan Indonesia).
   -Padi, Lambang ilmu yg hrs dimiliki sbnyk"nya untuk mencari bekal hidup.
   -Padi yg mempunyai arti semakin Tua dan berisi semakin merunduk (rendah hati, tidak sombong).
   -Butiran Padi artinya tidak dapat di kupas kulitnya sehingga diketahui isinya apa bila tidak tertumbuk.
D. Sebelah kiri terdapat KAPAS dg uraian sbg brikut,
   -Berjumlah 8 melambangkan bulan Agustus (Bulan Kemerdekaan Indonesia)
   -Putih sbg kapas yg berarti suci
   -Ringan sbg kapas yg berarti ilmu sbnyak"nya untuk bekal mati (ringan kapas = suka menolong)
E. PITA
   -Bekal hidup dan bekal mati harus bersama-sama dicari
   -Selalu menjalin dan menjaga tali silaturahmi
PEDOMAN PAMUR
1. Mendidik Manusia Berpancasilais Sejati
2. Mendidik Manusia Agar Memiliki Sikap Kesatria
3. Patuh Dan Taat Pada Catur Sakti
   -Ibu (perantara waktu kita dijadikan oleh Tuhan)
   -Bapak (org yg memberikan nafkah keluarga)
   -Guru (org yg memberi ilmu yg baik)
   -Ratu/Pemerintahan (org yg mematuhi undang-undang dan peraturan pemerintah)

Silat Cimande


Silat Cimande adalah salah satu aliran pencak silat tertua yang telah melahirkan berbagai perguruan silat di Indonesia bahkan di luar negeri.[1] Banyak versi yang menjelaskan tentang berdirinya pencak silat ini, semua komunitas Maenpo Cimande sepakat tentang siapa penemu Maenpo Cimande, semua mengarah kepada Abah Khaer (penulisan ada yang: Kaher, Kahir, Kair, Kaer dan sebagainya. Abah dalam bahasa Indonesia berarti Eyang, atau dalam Bahasa Inggris Great Grandfather)[2]. Tetapi yang sering diperdebatkan adalah dari mana Abah Khaer itu berasal dan darimana dia belajar Maenpo. Menurut Bapak Rifai (Guru Pencak Silat Cimande Panca Sakti di Jakarta pada tahun 1993). Pencak Silat aliran Cimande pertama kali diciptakan dari seorang Kyai bernama Mbah Kahir.[3] Mbah Kahir adalah seorang pendekar Pencak Silat yang disegani. Pada pertengahan abad ke XVIII (kira-kira tahun 1760), Mbah Kahir pertama kali memperkenalkan kepada murid-muridnya jurus silat. Oleh karena itu, ia dianggap sebagai Guru pertama silat Cimande. Pahlawan Betawi yaitu Si Pitung dipercaya juga berasal dari aliran perguruan silat ini. Mbah Khair juga memiliki murid bernama Mbah Datuk dan Mbah Jago dari Sumatera Barat. Kemudian keduanya menyebarkan silat Cimande di tempat mereka berasal, sehingga bisa dikatakan bahwa Pencak Silat Cimande adalah saudara tua dari pencak silat, termasuk Silek Minang yang berasal dari Sumatera Barat.[4]

Daftar isi

Sejarah

Ada 3 versi utama yang sering diperdebatkan, yaitu:

Versi pertama

Ini adalah versi yang berkembang di daerah Priangan Timur (terutama meliputi daerah Garut dan Tasikmalaya dan juga Cianjur selatan). Berdasarkan versi yang ini, Abah Khaer belajar Silat dari istrinya. Abah Khaer diceritakan sebagai seorang pedagang (dari Bogor sekitar abad 17 sampai abad 18) yang sering melakukan perjalanan antara Batavia, Bogor, Cianjur, Bandung, Sumedang, dan sebagainya. Dan dalam perjalanan tersebut dia sering dirampok, itu terjadi sampai istrinya menemukan sesuatu yang berharga.
Suatu waktu, ketika Abah Khaer pulang dari berdagang, dia tidak menemukan istrinya ada di rumah, padahal saat itu sudah menjelang sore hari, dan ini bukan kebiasaan istrinya meninggalkan rumah sampai sore. Dia menunggu dan menunggu, sampai merasa jengkel dan khawatir, jengkel karena perut lapar belum diisi dan khawatir karena sampai menjelang tengah malam istrinya belum datang juga. Akhirnya tak lama kemudian istrinya datang juga, hilang rasa khawatir, yang ada tinggal jengkel dan marah. Abah Khaer bertanya kepada istrinya, "Ti mana maneh?" (Dari mana kamu?) tetapi tidak menunggu istrinya menjawab, melainkan langsung mau menempeleng istrinya. Tetapi istrinya malah bisa menghindar dengan indahnya, dan membuat Abah Khaer kehilangan keseimbangan. Ini membuat Abah Khaer semakin marah dan mencoba terus memukul, tetapi semakin mencoba memukul dengan amarah, semakin mudah juga istrinya menghindar. Ini terjadi terus sampai Abah Khaer jatuh kelelahan dan menyadari kekhilafannya, dan bertanya kembali ke istrinya dengan halus "Ti mana anjeun teh Nyi? Tuluy ti iraha anjeun bisa Ulin?" (Dari mana kamu? Lalu dari mana kamu bisa "Main"?).
Akhirnya istrinya menjelaskan bahwa ketika tadi pagi ia pergi ke sungai untuk mencuci dan mengambil air, ia melihat Harimau berkelahi dengan 2 ekor monyet (Salah satu monyet memegang ranting pohon). Saking indahnya perkelahian itu sampai-sampai ia terkesima, dan memutuskan akan menonton sampai beres. Ia mencoba mengingat semua gerakan baik itu dari Harimau maupun dari Monyet, untungnya baik Harimau maupun Monyet banyak mengulang-ngulang gerakan yang sama, dan itu mempermudah ia mengingat semua gerakan. Pertarungan antara Harimau dan Monyet sendiri baru berakhir menjelang malam.
Setelah pertarungan itu selesai, ia masih terkesima dan dibuat takjub oleh apa yang ditunjukan Harimau dan Monyet tersebut. Akhirnya ia pun berlatih sendirian di pinggir sungai sampai betul-betul menguasai semuanya, dan itu menjelang tengah malam. Apa yang ia pakai ketika menghindar dari serangan Abah Khaer, adalah apa yang ia dapat dari melihat pertarungan antara Harimau dan Monyet itu. Saat itu juga, Abah Khaer meminta istrinya mengajarkan dia. Ia berpikir, 2 kepala yang mengingat lebih baik daripada satu kepala. Ia takut apa yang istrinya ingat akan lupa. Dia berhenti berdagang dalam suatu waktu, untuk melatih semua gerakan itu, dan baru berdagang kembali setelah merasa mahir. Diceritakan bahwa dia bisa mengalahkan semua perampok yang mencegatnya, dan mulailah dia membangun reputasinya di dunia persilatan.

Jurus yang dilatih

  1. Jurus Harimau/Pamacan (Pamacan[5], tetapi mohon dibedakan pamacan yang “black magic” dengan jurus pamacan. Pamacan black magic biasanya kuku menjadi panjang, mengeluarkan suara-suara aneh, mata merah dan lain-lain).
  2. Jurus Monyet/Pamonyet[6] (Sekarang sudah sangat jarang sekali yang mengajarkan jurus ini, dianggap punah).
  3. Jurus Pepedangan[7] (ini diambil dari monyet satunya lagi yang memegang ranting).[8]
Cerita di atas sebenarnya lebih cenderung mitos, tidak bisa dibuktikan kebenarannya, walaupun jurus-jurusnya ada [9]. Maenpo Cimande sendiri dibawa ke daerah Priangan Timur dan Cianjur selatan oleh pekerja-pekerja perkebunan teh. Hal yang menarik adalah beberapa perguruan tua di daerah itu kalau ditanya darimana belajar Maenpo Cimande selalu menjawab "ti indung" (dari ibu), karena memang mitos itu mempengaruhi budaya setempat, jadi jangan heran kalau di daerah itu perempuan pun betul-betul mempelajari Maenpo Cimande dan mengajarkannya kepada anak-anak atau cucu-cucunya, seperti halnya istrinya Abah Khaer mengajarkan kepada Abah Khaer.
Perkembangannya Maenpo Cimande sendiri sekarang di daerah tersebut sudah diajarkan bersama dengan aliran lain (Cikalong, Madi, Kari, Sahbandar, dan lain-lain). Beberapa tokoh yang sangat disegani adalah K.H. Yusuf Todziri (sekitar akhir 1800 – awal 1900), Kiai Papak (perang kemerdekaan, komandannya Mamih Enny), Kiai Aji (pendiri Gadjah Putih Mega Paksi Pusaka, perang kemerdekaan), Kiai Marzuk (Maenpo H. Marzuk, zaman penjajahan Belanda), dan lain-lain.

Versi kedua

Menurut versi kedua, Abah Khaer adalah seorang ahli maenpo dari Kampung Badui.[10] Dia dipercayai sebagai keturunan Abah Bugis (Bugis di sini tidak merujuk kepada nama suku atau daerah di Indonesia Tengah). Abah Bugis sendiri adalah salah seorang Guru ilmu perang khusus dan kanuragaan untuk prajurit pilihan di Kerajaan Padjadjaran dahulu kala. Kembali ke Badui, keberadaan Abah Khaer di Kampung Badui mengkhawatirkan sesepuh-sesepuh Kampung Badui, karena saat itu banyak sekali pendekar-pendekar dari daerah lain yang datang dan hendak mengadu jurus dengan Abah Khaer, dan semuanya berakhir dengan kematian. Kematian karena pertarungan di tanah Badui adalah "pengotoran" akan kesucian tanah Badui.
Karena itu, pimpinan Badui (biasa dipanggil Pu’un) meminta Abah Khaer untuk meninggalkan Kampung Badui, dengan berat hati, Abah Khaer pun pergi meninggalkan Kampung Badui dan bermukim di desa Cimande-Bogor. Tetapi, untuk menjaga rahasia-rahasia Kampung Badui (terutama Badui dalam), Abah Khaer diminta untuk membantah kalau dikatakan dia berasal dari Badui, dan orang Badui (Badui dalam) pun semenjak itu diharamkan melatih Maenpo mereka ke orang luar, jangankan melatih, menunjukan pun tidak boleh. Satu hal lagi, Abah Khaer pun berjanji untuk “menghaluskan” Maenpo nya, sehingga tidak ada lagi yang terbunuh dalam pertarungan, dan juga dia berjanji hanya akan memakai dan memanfaatkannya untuk kemanusiaan. Oleh karena itu, dahulu beberapa Guru-guru Cimande tua tidak akan menerima bayaran dari muridnya yang berupa uang, lain halnya kalau mereka memberi barang misalnya beras, ayam, gula merah atau tembakau sebagai wujud bakti murid terhadap Guru. Barang-barang itupun, oleh Guru tidak boleh dijual kembali untuk diuangkan.
Versi kedua ini banyak diadopsi oleh komunitas Maenpo dari daerah Jawa Barat bagian barat (Banten, Serang, Sukabumi, Tangerang, dan sebagainya).[11] Mereka juga mempercayai beberapa aliran tua di sana awalnya dari Abah Khaer, misalnya Sera. Penca Sera berasal dari Uwak Sera yang dikatakan sebagai salah seorang murid Abah Khaer (ada yang mengatakan anak, tetapi paham ini bertentangan dengan paham lain yang lebih tertulis). Penca Sera sendiri sayangnya sekarang diakui dan dipatenkan di Amerika oleh orang Indo-Belanda sebagai beladiri keluarga mereka.

Versi ketiga

Versi ketiga inilah yang "sedikit" ada bukti-bukti tertulis dan tempat yang lebih jelas. Versi ini pulalah yang dipakai oleh keturunan dia di Kampung Tarik Kolot – Cimande (Bogor). Meskipun begitu, versi ini tidak menjawab tuntas beberapa pertanyaan, misal: Siapa genius yang menciptakan aliran Maenpo ini yang kelak disebut Maenpo Cimande.
Abah Khaer diceritakan sebagai murid dari Abah Buyut, masalahnya dalam budaya Sunda istilah Buyut dipakai sebagaimana "leluhur" dalam Bahasa Indonesia. Jadi Abah Buyut sendiri merupakan sebuah misteri terpisah, darimana dia belajar Maenpo ini, apakah hasil perenungan sendiri atau ada yang mengajari? Yang pasti, di desa tersebut, tepatnya di Tanah Sareal terletak makam leluhur Maenpo Cimande yaitu Abah Buyut, Abah Rangga, Abah Khaer, dan lain-lain.
Abah Khaer awalnya berprofesi sebagai pedagang (kuda dan lainnya), sehingga sering bepergian ke beberapa daerah, terutama Batavia. Saat itu perjalanan Bogor-Batavia tidak semudah sekarang, bukan hanya perampok, tetapi juga Harimau, Macan Tutul dan Macan Kumbang. Tantangan alam seperti itulah yang turut membentuk beladiri yang dikuasai Abah Khaer ini. Disamping itu, di Batavia Abah Khaer berkawan dan saling bertukar jurus dengan beberapa pendekar dari Cina dan juga dari Sumatera. Dengan kualitas basic beladirinya yang matang dari Guru yang benar (Abah Buyut), juga tempaan dari tantangan alam dan keterbukaan menerima kelebihan dan masukan orang lain, secara tidak sadar Abah Khaer sudah membentuk sebuah aliran yang dahsyat dan juga mengangkat namanya.
Saat itu (sekitar 1700-1800) di Cianjur berkuasa Bupati Rd. Aria Wiratanudatar VI (1776-1813, dikenal juga dengan nama Dalem Enoh). Sang bupati mendengar kehebatan Abah Khaer, dan memintanya untuk tinggal di Cianjur dan bekerja sebagai "pamuk" ( pamuk dalam Bahasa Sunda artinya Guru beladiri) di lingkungan Kabupatian dan keluarga bupati. Bupati Aria Wiratanudatar VI memiliki 3 orang anak, yaitu: Rd. Aria Wiranagara (Aria Cikalong), Rd. Aria Natanagara (Rd.Haji Muhammad Tobri) dan Aom Abas (ketika dewasa menjadi Bupati di Limbangan-Garut). Satu nama yang patut dicatat di sini adalah Aria Wiranagara (Aria Cikalong), karena dialah yang merupakan salah satu murid terbaik Abah Khaer dan nantinya memiliki cucu yang "menciptakan" aliran baru yang tak kalah dasyat.
Sepeninggal Bupati Aria Wiratanudatar VI (tahun 1813), Abah Khaer pergi dari Cianjur mengikuti Rd. Aria Natanagara yang menjadi Bupati di Bogor. Mulai saat itulah dia tinggal di Kampung Tarik Kolot – Cimande sampai wafat (Tahun 1825, usia tidak tercatat). Abah Khaer sendiri memiliki 5 orang anak, seperti yang dapat dilihat di bawah ini. Mereka inilah dan murid-muridnya sewaktu dia bekerja di kabupaten yang menyebarkan Maenpo Cimande ke seluruh Jawa Barat.
Sayangnya image tentang Abah Khaer sendiri tidak ada, cuma digambarkan bahwa dia: "selalu berpakain kampret dan celana pangsi warna hitam. Dan juga dia selalu memakai ikat kepala warna merah, digambarkan bahwa ketika dia "ibing" di atas panggung penampilannya sangat ekspresif, dengan badan yang tidak besar tetapi otot-otot yang berisi dan terlatih baik, ketika "ibing" (menari) seperti tidak mengenal lelah. Terlihat bahwa dia sangat menikmati tariannya tetapi tidak kehilangan kewaspadaannya, langkahnya ringan bagaikan tidak menapak panggung, gerakannya selaras dengan kendang ("Nincak kana kendang" – istilah sunda). Penampilannya betul-betul tidak bisa dilupakan dan terus diperbincangkan." (dari cerita/buku Pangeran Kornel, legenda dari Sumedang, dalam salah satu bagian yang menceritakan kedatangan Abah Khaer ke Sumedang, aslinya dalam Bahasa Sunda, pengarang Rd Memed Sastradiprawira).[12]

Tujuan

Tujuan dari Pencak Silat Cimande ini yaitu untuk:
  1. Terwujudnya kesadaran yang mendalam tentang jiwa pencak silat Cimande sehingga dapat mengamalkan secara konsekuen. Sebagai insan hamba Allah, sebagai insan Sosial Budaya, sebagai insan pencak silat Cimande, dan sebagai insan Warga Negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
  2. Terwujudnya keluarga besar pencak silat Cimande yang taat dan saleh dalam melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang diyakini masing-masing.
  3. Terwujudnya pembinaan tradisi, adat istiadat dan ajaran yang mempunyai nilai-nilai luhur yang selaras dengan kehidupan dan tata kehidupan pancasila dan UUD 1945.
  4. Terwujudnya sikap dan prilaku hidup serta amal perbuatan keluarga besar pencak silat Cimande yang berpedoman pada Taleq.
  5. Terwujudnya dan terpeliharanya identitas anggota keluarga besar pencak silat Cimande dimana saja mereka berada.

Taleq Cimande

Pencak silat Cimande adalah seni budaya bela diri yang mengandung nilai-nilai , norma-norma maupun perilaku yang di junjung tinggi dan diwariskan dari leluhur Cimande kepada generasi-generasi secara turun-temurun sebagai hasil proses sejarah dan merupakan tradisi dalam kehidupan masyarakat keluarga besar pencak silat Cimande berdasarkan taleq [13]. Didalam kehidupan keluarga besar pencak silat Cimande , Taleq ini merupakan kode etik yang harus ditaati dan ditepati oleh keluarga besar Cimande dengan sebaik-baiknya.
Taleq Cimande sebagai kebudayaan telah menunjukan nilai-nilai hidup dan makna susila yang berjiwa selaras dengan Pancasila, merupakan pendukung penghayatan nilai-nilai yang luhur dari Budaya Indonesia.

Taleq

  1. Harus taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
  2. Jangan melawan kepada ibu dan bapak serta orang yang sudah tua.
  3. Jangan melawan kepada guru dan ratu (pemerintah).
  4. Jangan judi dan mencuri.
  5. Jangan ria takabur dan sombong.
  6. Jangan berbuat zina.
  7. Jangan bohong dan licik.
  8. Jangan mabuk-mabukan dan menghisap madat.
  9. Jangan jahil, menganiaya sesama makhluk Tuhan.
  10. Jangan memetik tanpa izin mengambil tanpa minta.
  11. Jangan suka iri hati dan dengki.
  12. Jangan suka tidak membayar hutang.
  13. Harus sopan santun, rendah hati,ramah tamah dan saling menghargai sesama manusia.
  14. Berguru Cimande bukan untun gagah-gagahan, kesombongan, dan ugal-ugalan, tapi untuk mencari keselamatan dunia dan akherat.

Hakekat kepribadian Taleq Cimande

  1. Adanya kesadaran terhadap Allah SWT.
  2. Memiliki kesadaran menjadi warga Negara yang taat dan patuh kepada pemerintah.
  3. Mempunyai nilai-nilai hidup atau budi pekerti yang luhur dan makna kesusilaan.
  4. Mempunyai kesadaran untuk memelihara kerukunan hidup, persatuan dan kesatuan bangsa, dan kerukunan dalam kehidupan beragama.

Hakekat insan pencak silat Cimande

  1. Insan yang beriman dan bertaqwa kepada-Nya.
  2. Anggota masyarakat yang mengutamakan kekeluargaan dan gotong royong.
  3. Warga Negara yang taat dan patuh kepada pemerintah.
  4. Manusia yang beramal, menjunjung tinggi serta menghormati adat istiadat yang telah turun temurun menjadi sendi-sendi kehidupan masyarakat dan bangsa , memelihara tradisi bangsa dalam rangka pelestarian nilai-nilai perjuanagan, menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman dan mempunyai rasa tanggung jawab dalam menegakan kebenaran dan keadilan rakyat Indonesia. Sebagaimana yang telah ditunjukan oleh generasi 45 Cimande pada waktu revolusi fisik untuk menghancurkan penjajahan dari muka bumi Indonesia, telah berjuang mati-matian dengan semangat patriotisme yang tinggi, sehingga laskar rakyat Cimade telah disegani oleh lawan maupun kawan.

Sikap dan perilaku hidup

Taleq Cimande pada dasarnya merupakan landasan falsafah sebagai pegangan hidup keluarga besar pencak silat Cimande.[14] Dengan pegangan hidup itu mereka dapat kuat tidak terombang ambing dalam perjalanan hidupnya, karena dengan falsafahnya itu jelas pula apa yang menjadi dasar tujuannya. Oleh karena itu sikap dan perilaku hidup insan pencak silat Cimande berdasarkan taleq sebagai berikut:

Harus Taat dan Taqwa kepada Allah dan Rasul-Nya

Setiap insan pencak silat Cimande hendaknya menyadari bahwa sebagai insan hamba Tuhan yang Maha Esa yaitu manusia susila yang beriman dan bertaqwa kepada-Nya, Pemeluk agama yang saleh mengakui adanya Tuhan, Kekuasaannya, Keadilannya, dan hidup matinya berada di tangannya. Sikap dan Perilakunya:
  1. Bagi mereka yang beragama Islam, wajib melaksanakan shalat lima waktu sehari semalam, melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya, serta menjauhi segala larangan Allah dan Rasul-Nya.
  2. Bagi mereka yang bukan agama Islam, wajib melaksanakan ajaran agamanya sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa.

Jangan Melawan kepada Ibu dan Bapak serta Orang yang Sudah Tua

Setiap insan pencak silat cimande hendaknya menyadari, bahwa mereka sejak dikandung dan dilahirkan sampai dewasa telah menjadi beban ibu dan bapak dan orang-orang tua lainnya, baik di dalam lingkungan rumah tangga maupun dalam lingkungan lainnya atau masyarakat. Sikap dan Perilakunya:
  1. Sebagai anak yang saleh dan taat kepada ibu dan bapaknya serta orang tua lainnya, karena orang tua lain mempunyai banyak pengetahuan dan pengalaman yang dapat di jadikan tempat bertanya disamping ibu dan bapak.
  2. Tunduk dan patuh kepada kakak-kakak dan yang lebih tua, karena kakak atau yang lebih tua, kalu mereka pria maka akan dapat dijadikan sebagai pengganti bapak, sedangkan kalau wanita sebagai pengganti ibu.
  3. Ramah tamah dan setia kawan dangan yang sebaya karena mereka akan menjadi teman seperjuangan dan senasib sepenanggungan dalam menghadapi kesulutan hidup.
  4. Ramah tamah dan baik hati kepada adik-adik dan kepada yang lebih muda , karena meraka akan dapat membantu bila diperlukan sewaktu-waktu.

Jangan Melawan Kepada Guru dan Ratu (Pemerintah)

Setiap insan pencak silat Cimande hendaknya menyadari bahwa Guru adalah sumber ilmu yang telah mengendap dalam pribadi masing-masing selama ini. Begitu pula mereka atau orang-orang yang suka memberikan petunjuk kejalan yang benar untuk keselamatan dan kebahagiaan di dunia maupun di akherat harus dianggap sebagai guru, mereka harus mendapatkan perlakuan sebagaiman yang diberikan kepada guru. Pemerintah adalah pelindung rakyat memajukan kesejahteraan rakyat, mencerdaskan rakyat dalam kehidupan masyarakat dan lain-lain. Sikap dan Perilakunya:
  1. Sebagai insan yang bermoral yang menjunjung tinggi serta menghormati adat istiadat, harus taat dan patuh serta mengikuti perintah dan petunjuk guru.
  2. Mengikuti petunjuk-petunjuk orang yang membawa kejalan yang benar di dunia dan akherat.
  3. Sebagai Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia mematuhi dan mentaati segala ketentuan pemerintah, pancasila dan UUD 1945.

Jangan Judi dan Mencuri

Setiap insan pencak silat Cimande hendaknya menyadari bahwa judi dan mencuri adalah perbuatan yang dilarang oleh agama maupun pemerintah, karena perbuatan tersebut merupakan pangkal kejahatan. Sikap dan Perilakunya:
  1. Menjauhi segala perbuatan yang mengarah kepada perjudian.
  2. Mengendalikan diri dari keinginan mendapatkan sesuatu yang gampang.

Jangan Ria, Takabur dan Sombong

Setiap insan pencak silat Cimande hendaknya menyadari bahwa ria, takabur dan sombong adalah suatu perbuatan yang didorong oleh nafsu yang buruk yang merupakan bujukan syetan, dalam pergaulan akan dibenci dan dijauhi teman, dalam masyarakat dapat menimbulkan perselisihan akibat ulah tersebut, akhirnya mengancam kerukunan hidup dalam masyarakat. Sikap dan Perilakunya:
  1. Selalu mawas diri, mengakui kelemahan dan kekurangan sendiri serta untuk memperbaikinya.

Jangan Berbuat Zina

Setiap insan pencak silat cimande hendaknya menyadari bahwa berbuat zina dan memperkosa wanita adalah perbuatan yang tidak bermoral dan biadab melanggar kesusilaan dan ajaran agama yang mendapat kutukan didunia dan akhirat. Sikap dan Perilakunya:
  1. Hargailah derajat kaum wanita.
  2. Mengendalikan hawa nafsu yang mengarah kepada pelanggaran kesusilaan.

Jangan Bohong dan Licik

Setiap insan pencak silat cimande hendaknya menyadari bahwa bohong dan licik adalah suatu perbuatan yang tidak terpuji, dapat menghilangkan kewibawaan dan kepercayaan orang , menimbulkan kesukaran dalam pergaulan dan menjadi rintangan dalam segala kegiatan, akhirnya akan menimbulkan frustasi pada diri sendiri. Sikap dan Perilakunya:
  1. Bersikap jujur dan loyal terhadap siapapun.
  2. Bermusyawarahlah dalam menghadapi persoalan di dalam menyelesaikan suatau masalah.

Jangan Mabuk-mabukan, Menghisap Madat dan Sebaginya

Setiap insan pencak silat cimande hendaknya menyadari bahwa minuman keras, candu, ganja dan sebagainya dapat merusak keseimbangan tubuh, kesehatan jasmani dan rohani. Kemudian dapat mengarah kepada perbuatan kejahatan yang menggangu keamanan dan ketertiban umum, sehingga mempengaruhi moral dan moril masyarakat dan bangsa. Sikap dan Perilakunya:
  1. Menjauhkan diri dari minuman keras, candu dan sebagainya.
  2. Menghindiri dari keinginan untuk mencoba sekedar ingin mengetahui rasanya.

Jangan Jahil Menganiaya Sesama Mahkluk Allah

Setiap insan pencak silat cimande hendaknya menyadari bahwa jahil, aniaya terhadap sesame makhluk Allah adalah perbuatan yang tidak mempunyai rasa kemanusiaan dan merupak sikap yang tidak terpuji. Sikap dan Perilakunya:
  1. Tidak berbuat kasar, bengis dan sadis.
  2. Mengendalikan hawa nafsu buruk.

Jangan Memetik Tanpa Izin Mengambil Tanpa Minta

Setiap insan pencak silat cimande hendaknya menyadari bahwa perbuatan tersebut walaupun sifatnya hanya iseng saja tidak didorong oleh kebutuhan yang mendesak, namun perbuatan itu hukumnya mencuri, maling namanya, hal ini bisa menimbulkan salah faham dalam hubungan kekeluargaan dan kerukunan hidup Sikap dan Perilakunya:
  1. Jangan iseng tertarik oleh sesuatu, bila perlu terus terang.
  2. Minta maaf bila sudah terlanjur.

Jangan Suka Iri Hati dan Dengki

Setiap insan pencak silat cimande hendaknya menyadari bahwa perbuatan iri hati dan dengki terhadap siapapun menunjukan seseorang yang tidak percaya akan kekuasaan, keadailan dan kodrat Allah SWT segala sesuatau berada di tangan Allah, nasib, derajat, dan harkat manusia berada di tangannya. Sikap dan Perilakunya:
  1. Menyadari akan kodrat Allah SWT.
  2. Berdo’alah kepada Allah untuk mendapatkan rahmat dan karunianya.
  3. Menghilangkan rasa iri hati dan dengki terhadap manusia.

Jangan Suka Tidak Mau Membayar Hutang

setiap insan pencak silat cimande hendaknya menyadari bahwa meninggalkan hutang berlarut-larut sema dengan mematikan kehidupan orang lain dan mengancam penghidupan seluruh keluarganya. Sikap dan Perilakunya:
  1. Membiasakan hidup sederhana dan tidak boros.
  2. Menyesuaikan kebutuhan dengan kemampuan.

Harus Sopan Santun, Rendah Hati, Ramah Tamah Saling Harga Menghargai di antara Sesama Manusia

Setiap insan pencak silat cimande hendaknya menyadari bahwa sikap dan perilaku demikian di dalam pergaulan sehari-hari di dalam kehidupan masyarakt sendiri akan memupuk dan mengikat keakraban , mempererat kerukunan, memperkokoh persatuan dan kesatuan , sedangkan pergaulan tersebut di dalam kehidupan dengan bangsa –bangsa lain akan menunjukan kepribadian bangsa Indonesia yang luhur dan berbudi. Sikap dan Perilakunya:
  1. Silih asah, silih asih, dan silih asuh.
  2. Pergaulan yang luwes, tidak menyendiri.
  3. Tidak membedakan, harkat, derajat, serta martabat seseorang, kesukuan dan golongan.
  • Berguru pencak silat cimande bukan untuk gagah-gagahan, kesombongan, dan ugal-ugalan, tetapi untuk mencari selamat dunia dan akhirat
Taleq yang terakhir ini sesungguhnya merupakan amanah dari leluhur cimande kepada keturunannya dan kepada keluraga besar pencak silat cimande, untuk diperingatkan kepada setiap orang yang berguru pencak silat cimande, pertama-tama mereka harus beritikad demi keselamatn di dunia dan akhirat.
Menyelewengkan taleq berarti mereka harus menanggung sendiri akibatnya, Setiap orang yang akan berguru pencak silat cimande harus menyatakan kesetian dan kepatuhannya untuk mengamalkan taleq sebagai berikut:

Panca Setia

  1. Kami insan pencak silat cimande yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
  2. Kami insan pencak silat cimande yang patuh dan taat kepada pemerintah Republik Indonesia, Pancasila dan UUD 1945.
  3. Kami insan pencak silat cimande yang patuh dan taat kepada ibu dan bapak serta orang yang sudah tua.
  4. Kami Insan pencak silat cimande yang mengutamakan penggunaan pencak silat untuk melerai diri demi kebenaran dan keadailan.
  5. Kami insan pencak silat cimande yang setia dan menempati janji serta mengamalkan dan mengamankan taleq cimande.
Janji ini di ucapkan oleh setiap insan pencak silat cimande uantuk menunjukan bahwa mereka berjanji untuk mengemalkan dan mengamankan taleq .
Janji ini disebut "Janji Seti Insan Pencak Silat Cimande".

Jurus dan Teknik Beladiri

  • Jurus-Jurus Dasar Silat Cimande:
  1. Kelid
  2. Selup
  3. Pamonyet
  4. Tungkup Selup
  5. Serong Gigir
  6. Tangkeupan
  7. Bolang-Baling
  8. Timpah Sabeulah
  9. Timpah Dua
  10. Buang Kelid Dibeulah
  11. Sambeuran
  12. Kelid Timpah Pamonyet
  13. Pangerodan
  14. Teke
  15. Tewak Teke
  16. Tewakan
  17. Tewak Jero
  18. Turugtug
  19. Ajulan
  20. Kelid timpah Potongan
  21. Koreh Pamonyet
  22. Timpah Tilu
  23. Pakalah

Amal dan Perbuatan

Panca setia insan pencak silat cimande bukan hanya dinyatakan dengan ucapan saja, tetapi harus diwujudkan dengan amal perbuatan dalam pengembangan dan pengamalan hakekat kepribadian taleq, amal perbuatan dalam lingkungan keluarga dan amal perbuatan dalam lingkungan masyarakat, bangsa dan negara.[15]

Dalam Pengembangan Kepribadian Taleq

Dalam rangka pengembangan taleq secara perorangan dengan penuh keyakinan, berkewajiban untuk senantiasa berusaha:
  1. Meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT.
  2. Menghayati dan Mengamalkan taleq.
  3. Memupuk Sikap mental yang mencerminkan kesadaran untuk turut mendukung penghayatan dan pengamalan serta pengamanan taleq.

Dalam Pengamalan Kepribadian Taleq

Dalam rangka pengamalan kepribadian taleq agar mengutamakan kesederhanaan dalam:
  1. Sikap dan tutur kata harus menggunakan bahasa yang baik, membiasakan diri berbicara dengan menggunakan Bahasa Indonesia, sopan santun dan tahu menempatkan diri.
  2. Cara berpakaian, tidak berlebih-lebihan sehingga memperlihatkan gejala-gejala menonjolkan diri ingin lain dari pada yang lain.
  3. Keadaan rumah tangga, disesuaikan dengan keadaan lingkungan setempat, tidak menunjukan hal-hal yang dapat menimbulkan pandangan buruk (negatif).
  4. Dalam pergaulan, ramah tamah, tidak menunjukan sikap menyendiri, selalu bersedia memberikan bantuan pikiran, tenaga,maupun harta sesuai kemampuan kita.
  5. Perbuatan lainnya, merupakan suri tauladan yang bersifat membangun dan bergotong royong.

Membina dan Memimpin Keluarga Sendiri

Dalam usaha membina dan memimpin keluarga dalam lingkungan sendiri ( anak, istri, saudara) agar berguna dan bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan Negara, dapat ditempuh dengan langkah-langkah antara lain sebagai berikut:
  1. Memupuk, memelihara, dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta ketaatan menjalankan syarat-syaratnya dan amal ibadah sesuai dengan keyakinan masing-masing terhadap Allah SWT.
  2. Memenuhi dan mencukupi nafkah lahir dan batin.
  3. Mendidik dan membimbing anggota keluarga untuk hidup sederhana, hemat, tidak boros, dan untuk dapat mengingat hari depan.
  4. Memelihara kerukunan dalam rumah tangga.
  5. Pandai membagi waktu sehingga hal-hal yang merupakan bagi kesejahteraan keluarga tidak diabaikan.
  6. Senantisa memperhatikan kesulitan yang dihadapi keluarga, baik lahiriyah maupun bathiniyah.
  7. Memberikan suri tauladan yang baik terutama mental dan budi pekerti.
  8. Memberikan tuntunan akan hal-hal dan kewajiban hidup di dalam masyarakat, bangsa dan Negara.

Dalam Lingkungan Masyarakat

Amal perbuatan insan pencak silat cimande dalam lingkungan masyarakat mencakup banyak hal satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi, kegiatan yang dapat dilakukan antara lain sabagai berikut:
  1. Ikut serta membantu usaha pemerintah dalam segala bidang pembangunan.
  2. Ikut serta membina kesadaran masyarakat terhadap kesadaran bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
  3. Ikut serta dalam membina keamanan dan ketertiban umum.

Ketentuan-ketentuan Umum

  1. Pusat Perguruan Pencak Silat Cimande yang disingkat P3SC berkedudukan di babakan tarikolot cimande lemah duhur, kecamatan Caringin, kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
  2. Ketua umum P3SC dipegang oleh seorang sesepuh yang tertua dari keturunan leluhur cimande. Dibantu oleh para sesepuh lainnya, sesuai dengan proses sejarah kepemimpinan pencak silat cimande yang dilakukan secara turun temurun.
  3. Para sesepuh keturunan cimande dapat menerima calon siswa-siswa pencak silat cimande ditempatnya masing-masing atas sepengetahuan ketua umum P3SC.
  4. Para sesepuh keturunan cimande dapat mengirimkan guru-guru pencak silat cimande ke perguruan-perguruan pencak silat cimande diseluruh tanah air dan di luar negeri bila diperlukan dengan membawa surat perintah tugas dari ketua umum P3SC.
  5. Anggota keluarga besar pencak silat cimande yang bukan keturunan cimande yang sudah mempunyai kualifikasi pencak silat cimande dapat mendirikan perguruan pencak silat cimande dengan ketentuan tidak menyimpang dari taleq cimande dan ketentuan umum.Mendirikan perguruan pencak silat cimande harus dapat pengesahan dari ketua umum P3SC, hal ini dilakukan demi terjaminnya pengamalan dan pengamanan serta kelestarian nilai-nilai hakekat kepribadian pencak silat cimande yanbg sesuai dengan taleq Cimande.
  6. Perguruan pencak silat cimande yang menghasilkan guru pencak silat cimande berdasarkan penilaian memenuhi syarat kawlifikasi guru pencak silat cimande dapat mengajukan daftar nama-nama yang diangkat kepada P3SC untuk dapat mengsahkan dari ketua umum P3SC.
  7. Hal-hal lainnya yang belum tercantum dalam buku petunjuk dan ketentuan-ketentuan umum akan diatur kemudian dengan melalui musayawarah seluruh anggota keluarga besar pencak silat cimande.